Kediri – Sabtu, 23 Agustus 2025 menjadi hari penuh makna bagi rombongan MTs Shirothul Fuqoha’ yang mengikuti ajang Olimpiade Bahasa Arab di MAN 2 Kota Kediri. Perjalanan panjang dari Malang menuju Kediri dilakukan sejak dini hari dengan penuh semangat dan persiapan yang matang.

Rombongan tiba di Kediri sekitar pukul 02.29 WIB. Sebelum menuju lokasi lomba, para pendamping dan siswa menyempatkan diri untuk sowan ke Pondok Lirboyo sekaligus berziarah ke maqbaroh, sebuah tradisi penuh keberkahan sebelum memulai perjuangan. Tepat pukul 03.50 WIB, peserta dan guru sampai di MAN 2 Kota Kediri, beristirahat sejenak, lalu bersiap menunaikan shalat Subuh berjamaah, membersihkan diri, serta melakukan murojaah materi.

Menjelang pagi, persiapan terus dilakukan. Kendati sempat terkendala mencari sarapan di sekitar lokasi, akhirnya sebuah gerobak nasi ayam geprek menjadi penyelamat sebelum acara pembukaan dimulai. Registrasi peserta yang sudah dilakukan sejak awal membuat siswa lebih tenang menghadapi jalannya perlombaan.

Namun, tak semuanya berjalan mulus. Menjelang lomba, pembimbing sempat dibuat panik karena kelupaan membawa perangkat mouse yang sangat penting dalam perlombaan berbasis komputer. Dengan sigap, pembimbing berlari ke laboratorium komputer MAN 2 Kota Kediri untuk meminjam perangkat. Hanya dua menit sebelum lomba dimulai, kendala tersebut berhasil diatasi.

Sementara siswa berjuang di ruang lomba masing-masing, para guru pembimbing menghadiri konferensi Bahasa Arab yang berlangsung di gedung PGAN. Meski hati diliputi rasa cemas, mereka tetap mengikuti acara hingga akhirnya kabar dari siswa mulai berdatangan. Nilai sementara langsung ditampilkan, membuat mental peserta dan pembimbing diuji. Pasalnya, hasil yang diperoleh tidak setinggi saat latihan, sehingga sempat menimbulkan rasa pesimis.

Waktu terasa panjang hingga pengumuman pemenang tiba. Meski sudah lelah dan hampir putus asa, rombongan memilih bertahan menyimak hasil akhir. Hingga akhirnya, kabar gembira itu datang. Pada kategori 9 (tingkat MTsN/MTs Swasta non boarding school), nama salah satu siswa MTs Shirothul Fuqoha’ disebutkan sebagai juara dan peserta yang lolos ke tingkat Nasional.

Suasana seketika berubah menjadi haru dan penuh syukur. Doa, usaha, serta semangat yang dipupuk sejak awal perjalanan terbayar dengan prestasi membanggakan. Setelah menerima plakat dan piala, rombongan berfoto bersama untuk mengabadikan momen berharga tersebut, sebelum akhirnya kembali ke Malang dengan hati lega dan penuh rasa syukur.

Ajang ini menjadi bukti nyata bahwa kerja keras, disiplin, dan doa mampu mengantarkan pada prestasi gemilang, sekaligus menambah motivasi untuk terus berkompetisi di tingkat yang lebih tinggi.